Sunday, April 11, 2010

Studi Mikrotremor Untuk Pemetaan Distribusi Frekuensi Fundamental Tanah Dan Korelasinya Dengan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa Di Bantul

Latar Belakang
Gempa Yogya-Jateng pada tanggal 27 Mei 2006 lalu yang menimbulkan kerusakan cukup parah menandakan bahwa daerah Yogya-Jateng, terutama Bantul dan Klaten merupakan daerah yang rawan gempa atau daerah beresiko tinggi. Banyak hal yang dapat menyebabkan suatu daerah dikatakan rawan gempa, diantaranya adalah jarak dengan sumber gempa dan medium yang dilalui oleh gelombang gempa tersebut.
Efek primer gempabumi adalah kerusakan struktur bangunan baik yang berupa bangunan perumahan rakyat, gedung bertingkat, fasilitas umum, monumen, jembatan dan infrastruktur lainnya, yang diakibatkan oleh getaran yang ditimbulkannya. Secara garis besar, tingkat kerusakan yang mungkin terjadi tergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, kondisi geologi dan geotektonik lokasi bangunan, dan percepatan getaran tanah di lokasi bangunan akibat dari getaran suatu gempa bumi.

Untuk mengetahui tingkat resiko gempa, dapat dibuat studi untuk mengetahui frekuensi diri atau frekuensi fundamental dari medium yang ditempati. Sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pembangunan daerah setempat karena apabila bangunan tersebut memiliki frekuensi yang sama dengan medium maka apabila terjadi gempa, gedung diatas medium dapat ikut teresonansi dan akhirnya sangat rawan rusak.
Studi mengenai frekuensi diri atau frekuensi natural medium di Bantul dirasa sangat perlu untuk menghindari permasalahan struktur bangunan dimasa yang akan datang.

Sumber: Salwan, Suheri; Roni Wijaya; Rajib Khafif Arruzzi. 2008. Studi Mikrotremor Untuk Pemetaan Distribusi Frekuensi Fundamental Tanah Dan Korelasinya Dengan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa Di Bantul: PKM 2008. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

No comments:

Post a Comment