Monday, April 23, 2012

PENELITIAN MENGENAI LOGAT (DIALEK) JAWA PADA ANAK KOST

I. Pendahuluan
Dalam tahun ajaran baru banyak pelajar yang berpindah ke sekolah yang mereka inginkan. Begitu pula pada tahun ajaran di Perguruan Tinggi, pada jejang ini aspek kebudayaan lebih bervariasi. Dalam hal ini banyak terdapat manfaat yang bisa diambil untuk dijadikan pelajaran yang berharga. Tiap-tiap kebudayaan memiliki keunikan yang membedakan dengan kebudayaan yang lain. Banyak sekali perbedaan dari tiap-tiap kebudayaan misalnya: logat atau dialek dan bahasa yang mereka gunakan. Walaupun mereka menggunakan bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan namun dialek antar daerah dari tiap-tiap daerah tidak sama.
Yogyakarta sebagai kota pelajar setiap tahun di jadikan sebagai tujuan sebagian besar pelajar untuk menuntut ilmu. Tiap tahun fenomena seperti ini sudah tidak asing lagi di kota Yogyakarta. Kehidupan sosial di kota ini juga sangat kompleks mulai dari kegiatan yang besifat agama hingga yang bernuansa dunia malam ada di kota ini.
Dalam tulisan ini penulis mengangkat tentang bahasa jawa. Bahasa jawa digunakan oeh sebagian penduduk di pulau jawa khususnya masyarakat suku jawa. Bahasa Jawa umumnya terbagi menjadi dua yaitu logat Jawa Ngapak dan logat mbandek. Logat Ngapak digunakan oleh masyarakat di daerah Jawa Tengah sebelah barat dan selatan seperti Tegal, Banyumas, Kebumen, dll. Logat Mbandek digunakan oleh masyarakat di Jawa Timur, Yogyakarta, Solo, Semarang,dll. Selain mengangkat mengenai logat yang ada dalam bahasa jawa, penulis dalam tulisan ini juga akan mengkhususkan pada pelajar atau mahasiswa yang belajar dari daerah yang menggunakan logat Banyumasan ke daerah dengan logat mbandek.
Latar belakang penulis mengangkat masalah ini karena pada dasarnya manusia memiliki peran dalam suatu masyarakat. Satu dengan yang lain memiliki karakteristik dan kemampuan yang tidak sama satu dengan yang lain. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dalam menjalankan fungsinya dalam masyarakat setiap individu pasti mempunyai konflik dalam diri sendiri maupun dengan linkungan sekitar khususnya individu yang lain. Walaupun mereka telah terlepas dari suatu konflik yang mereka hadapi tetapi justru itu adalah sebuah pintu masuk menuju konflik lain yang akan dihadapi. Dengan kata lain konflik manusia tidak pernah berakhir, manusia selalu dalam keadaan konflik.
Penulis akan mencoba untuk menggunakan pendekatan yang ada disosiologi. Pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah prespektif konflik dan  prespektif fungsionalis.

II.RUMUSAN PERSOALAN
Dampak positif dari pertemuan dari berbagai kebudayaan yang berbeda antara lain:
  1. Teman kita bertambah banyak
  2. Wawasan kita bertambah luas, dengan mengenal budaya yang lain kita jadi tahu bahwa diluar sana ternyata banyak kebudayaan lain diluar kebudayaan kita dan hal tersebut  adalah sebuah kenyataan yang harus kita terima.
  3. Dalam bahasa daerah yang ruang lingkupnya masih sempit ternyata terdapat berbagai logat atau dialek yang setiap daerah satu dengan daerah lain di jawa ternyata berbeda-beda.
  4. Dengan kita mengenal kebudayaan yang berbeda-beda itu kita pasti mengalami suatu konflik, misalnya masalah adat yang beda dan terutama masalah bahasa. Sehingga bahasa Indonesia disini memegang peranan yang penting. 

Dampak negatif dari bertemunya berbagai kebudayaan adalah: 
  1. Dampak negatif yang timbul sebenarnya tergantung dari masing-masing bagaimana cara setiap individu bersosialisasi. Banayak teman maka kita juga akan menjumpai berbagai macam karakter orang yang berbeda-beda, ada yang baik maupaun ada yang buruk.kebanyakan dampak negatife munculkarena kita berjumpa dengan orang yang ,memiliki karakter yang buruk dan kita terbawa olehnya, atau kita yang memiliki karakter buruk dan kita menularkan pada teman baru kita.
  2. Orang yang tidak memiliki keteguhan hati dalam mempertahankan jati diri akan kehilangan jati dirinya.
  3. Orang yang kehilangan identitasnya akan dikucilkan oleh masyarakat daerah asalnya. Mereka akan menganggapnya bahwa orang tersebut adalah orang yang tidak bisa menjaga dan membawa kebudayaannya.


III. OBYEK PENELITAN
Obyek yang kita jadikan sample adalah enam orang mahasiswa baru yang sedang menimba ilmu di Yogyakarta. Dalam hal ini dikhususkan mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada angkatan 2005. Mereka dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu yang pertama berasal dari daerah yang mempunyai logat banyumasan dan yang kedua berasal dari daerah yang menggunakan logat mbandek. 
Alasan memilih obyek ini karena kelompok ini mulai kenal satu kelompok dengan kelompok yang lain baru petama kali. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa mereka telah mengalami berbagai bentuk sosoalisasi, mulai dari perkenalan adaptasi dan konflik. 
Dari dua kelompok besar tersebut diberi enam petanyaan yang sama yang ada hubungannya dengan logat jawa yang mereka gunakan.  Dari hasil jawaban yang mereka isi kita kaji apa sebenarnya pendapat mereka mengenai kelompok yang lain dan bagaimana mereka menyikapinya selama ini.

IV. RUMUSAN PERTANYAAN
Pertanyaan yang diajukan kepada dua kelompok yang menggunakan logat jawa yang berbeda sama, yaitu:

1.Dialek jawa apa yang anda gunakan selama ini?
Pertanyaan ini bertujuan untuk mengetahui logat apa yang digunakan oleh obyek yang diwawancarai. Identifikasi obyek yang diteliti sangat penting untuk klasifikasi dalam pembahasan hasil wawancara. 

2.Apa anda bangga dengan dialek jawa yang anda gunakan?
Pertanyaan ini bertujauan untuk mengetahui apakah seseorang dalam hal ini obyek yang diteliti bangga akan jati dirinya atau tidak. Kebanggaan akan jati diri akan menjadikan seorang individu lebih dihormati dari pada seorang yang tidak punya indentitas diri. Bangsa Indonesia sangat memerlukan aspek ini supaya dalam bersosialisasi dengan bangsa dan Negara lain kita tetap membawa jati diri kita. 

3.Setelah anda bertemu dengan orang yang mempunyai dialek yang berbeda (bahasa jawa) apa pendapat anda tentang bahasa (dialek) yang mereka gunakan?
Pendapat seperti ini penting karena dapat dijadikan suatu pelajaran dan gambaran umum orang lain yang baru dan sedang mengalami proses sosialisasi seperti dalam saat ini. Mereka diharapkan akan memperbaiki proses sosialisasi kearah yang lebih baik. Dan pertanyaan ini bertujuan positif untuk memberi gambaran asumsi seseorang kepada orang dari daerah yang berbeda. Menurut L. Berger dan Thomas Luckman (1966) dalam Social Contruction of Reality, menyatakan bahwa masyarakat adalah obyektif sekaligus subyektif (sangat tergantung darimana mereka melihatnya) Masyarakat dikatakan baik dan buruk, pelayan atau penindas: merupakan kenyataan penilaian.
4.Apakah ada perubahan setelah anda bergaul / berteman dengan mereka?
Pertanyaan yang keempat ini adalah tindak lanjut dari pertanyaan nomor tiga. Perubahan daalam artian proses adaptasi dalam diri mereka yang berhubungan dengan masyarakat lingkungan yang berbeda dengan lingkungan yang mereka tempati sebelumnya. 

5.Bagaimana cara anda beradaptasi dengan mereka? 
Mempelajari dari pengalaman orang lain yang situasinya sama akan sangat membantu dalam proses adaptasi seseorang akan situasi tersebut. Mereka akan mempelajari tips-tips yang akan sangat membantu. Ini sesuai sekali dengan teori cermin diri atau The Looking Glass self (Charles Horton Cooley); bahwa gambaran diri seseorang diketahui lewat:
  • Membayangkan bagaimana seseorang tampak pada orang lain
  • Membayangkan bagaimana penilain orang lain atas dirinya
  • Bagaimana perasaan orang tersebut itu semua akan menjadi acuan dan arahan dalam sosialisasi dan pembentukan kepribadian seseorang


6. Apakah anda yang beradaptasi dengan mereka atau sebaliknya? Jelaskan alasan anda! 
Setiap orang memiliki alasan mengapa mereka mau untuk berdaptasi. Alasan orang ini dapt juga dijadikan pelajaran supaya maksud dan tujuan kita dapat lebih baik. Misalnya alasan yang mereka berikan adalah supaya mereka dapat bergaul dan mendapatkan banyak teman, untuk mempererat keakraban, dll.

V. WAWANCARA
Wawancara dilakukan di Pogung kidul dengan obyek penilitian berjumlah tujuh orang dengan lingkungan anak kost. 

VI. KESIMPULAN
Dari hasil wawancara dapt ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
  1. Mereka merasa bangga atas apa yang mereka miliki, dalam hal ini adalah logat atau dialek yang mereka gunakan.
  2. Mereka akan bertindak tepat sesuai keadaan setelah mereka tahu sifat dan situasinya (the definition of situation). Mereka akan menggunakan bahasa yang telah disepakati bersama atau bahasa kombinasi dengan kata lain bahasa campuran.
  3. Mereka senang karena dapat bertemu dengan orang-orang yang mempunyai perbedaan dengan diri mereka.
  4. Walaupun mereka sudah beradaptasi namun mereka masih mempertahankan   

Daftar Pustaka
Purwanto. 2005. Sosiologi: Handout Kuliah Sosiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Note: Ini merupakan penelitian sederhana yang dilakukan oleh Mahasiswa Semester ketiga

No comments:

Post a Comment