Monday, April 23, 2012

Catatan Mengenai Pulau Jawa

Menilik dari sejarah masa penjajahan Pulau Jawa memiliki catatan penderitaan yang lama. Mulai dari pemisahan status sosial sebagai warga nomor paling bawah, kerja paksa, dll. Akan tetapi dari semua penderitaan yang ada, terdapat sisi keuntungan yang didapatkan dimana fasilitas yang ada di Jawa relatif lengkap dibandingkan dengan pulau yang lain. Fasilitas transportasi, pipa air minum, listrik, dll.Timbul banyak pertanyaan mengapa Jawa dijadikan pusat dari pemerintahan dan perekonomian. Dengan jumlah penduduk yang terbanyak serta kesuburan tanah yang tinggi menjadikan Jawa menjadi bagian penting dari Republik Indonesia. Dengan berbagai alasan yang lainnya Jawa menjadi sesuatu bahan kajian yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Dengan menggunakan pendekatan geografi elemen-elemen yang ada dapat diperinci dan dikaitkan sehingga mudah untuk dimengerti.

Iklim
Pulau Jawa memanjang dari barat-timur dan terletak di ujung Daerah Konpergensi Antar Tropik (DKAT). Kedudukan ini menyebabkan bagian yang mendapatkan hujan sedikit sangat lebar. Hujan di Indonesia secara umum hujan lebih banyak di pantai Barat sebuah pulau  dari pada timur pulau. Kemudian karena letak diujung DKAT maka Pulau Jawa untuk dilewati oleh equator thermal hanya dua kali. Hanya poada bulan Januari dan awal Maret pengaruh DKAT itu besar.
Fisiografi
     Ada empat unsur utama sebagai pembentuk Pulau Jawa, yaitu:
1.    Wilayah Lipatan tersier Selatan, dengan dataran-dataran rendah yang tercakup diantaranya.
2.    Wilayah pegunungan Tengah, yang sebenarnya adalah sebuah dpresi, tetapi karena tutupan bahan vulkanik, wilayah ini menjadi tinggi.
3.    Wilayah lipatan utara dengan beberapa bentuk antaranya.
4.    Wilayah dataran aluvial yang terutama terdapat dipesisir Utara Jawa Barat.
Pertanian di pulau Jawa memegang perenanan yang sangat penting, terutama hasil pertanian musim. Kira-kira 62 persen dari hasil beras pada tahun 1982, berasal dari Jawa (1982). Lebih dari 70 persen jagung (1980), berasal dari Jawa. Di sekitar 70 persen ubi kayu, berasal dari Jawa. Kemudian 70 persen kacang tanah, dan 82 persen hasil kedelai tahun 1980 juga berasal dari Jawa. Selanjutnya, sebesar 96 persen dari hasil gula dihasilkan di Jawa (1980). Tembakau, sebagai tanaman untuk industri, lebih dari 80 persen juga dihasilkan di Jawa (1980).
Kegagalan panen di Jawa akan lebih besar dampaknya daripada kalau ada kegagalan di pulau yang lain.
Sebaliknya untuk tanaman tahunan Jawa ada di bawah pulau yang lainnya. Dari seluruh hasil karet alam hanya 9,5 persen datang dari Jawa. Hanya 12 persen dari hasil kopi pada tahun 1980, berasal dari Jawa. Hasil kelapa hanya 20 persen dihasilkan di Pulau Jawa pada tahun 1980. Tetapi 75 persen teh datang dari Jawa. Dari tanaman keras, hanya teh yang lebih banyak hasilnya di Jawa.
Bidang pertanian tidak akan lengkap, kalau tidak disertai dengan usaha dibidang peternakan dan perikanan.
Bidang peternakan adalah bidang usaha yang berkaitan erat dengan bidang pertanian kecil, sehingga jumlah ternak pun sejalan dengan jumlah petani. Jumlah petani terbesar ada di Pulau Jawa, sehingga jumlah ternak besarpun pada saat ini masih terbanyak di Jawa, dan penyebarannya sesuai dengan penyebaran petani.
Sumberdaya air dimanfaatkan terutama untuk pengairan dan tenaga listrik seperti Jatiluhur, Garung, Tuntang, Selorejo. Pelayaran sungai tidak berlaku untuk pulau Jawa.
Aspek Spasial Penggunaan Tanah
    Salah satu aspek yang penting dalam industri adalah aspek “letak”. Pabrik gula terletak ditengah-tengah perkebunan tebu, karena pabrik gula berorientasi pada bahan mentah. Perkebunan tebu terletak di bagian-bagian pulau Jawa yang iklimnya sesuai untuk tebu, disamping persyaratan-persyaratan yang lain, seperti jaringan transportasi yang baik dan tenaga kerja.
Bagian pulau Jawa yang memeiliki iklim yang cocok untuk tebu terdapat di sepanjang dataran rendah Utara dan di sebelah Timur garis Magelang Yogyakarta. Daerah itu memiliki iklim dengan musim kemarau yang cukup panjang.
Pasuruan dipandang sebagai tempat yang sangat baik untuk tebu di mana jumlah hujan rata-rata tahunannya adalah 1.291 mm, dengan 6 sampai 7 bulan berturut-turut termasuk bulan yang kering.
Asembagus disebelah timur memiliki hujan rata-rata tahunan hanya 886 mm. Kalau dilihat dari curah hujannya, iklim ini seharusnya sudah iklim steppe, tetapi Asembagus memiliki jaringan pengairan yang baik, sehingga tebupun tumbuh dengan baik sekali. Perlu diingat di Tangeranglah pertama kali tebu ditanam di Jawa.
Pembukaan lahan vulkanik untuk perkebunan kina, kopi, dan teh menyebabkan rusaknya hutan di Pulau Jawa  hingga kelereng bukit. Hal ini banyak disesalkan olah para ahli tanah seperti Mohr. Karena perkebunan-perkebunan seperti itulah maka tumbuk kota seperti Sukabumi, bandung, Salatiga, Ambarawa, dan Malang.

No comments:

Post a Comment