Thursday, January 27, 2011

DAS Ngijo


View DAS Ngijo in a larger map

Daerah Aliran Sungai Ngijo secara administratif terletak di lima wilayah yakni sebagian besar berada di Kecamatan Prambanan dan Kecamatan Piyungan, dan sebagian kecil berada di Kecamatan Berbah, Kecamatan Patuk dan Kecamatan Gedangsari yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 
DAS Ngijo merupakan suatu daerah aliran sungai yang memiliki kondisi geomorfologi komplek. Hasil interpretasi peta dan cek lapangan DAS Ngijo secara umum terdapat enam bentuklahan. Dari keenam bentuklahan tersebut meliputi dataran aluvial, gawir sesar, perbukitan denudasional terkikis lemah, perbukitan denudasional terkikis sedang, perbukitan denudasional terkikis kuat, dan perbukitan struktural. Bentuklahan yang ada pada DAS Ngijo pada dasarnya dipengaruhi oleh bentukan asal proses fluvial, struktural dan denudasional. Pada bentukan yang relatif datar banyak didominasi di bagian barat dan utara dari DAS Ngijo sedangkan pada bagian selatan dan timur banyak dijumpai bentukan yang relatif curam. Bentukan yang relatif datar banyak dipengaruhi oleh proses-proses yang berasal dari gunungapi merapi sedangkan pada daerah  yang relatif terjal pada bagian selatan dan timur merupakan deretan dari pegunungan Baturagung dimana proses yang intensif terjadi disana adalah proses erosi.
Secara umum bentukan asal struktural banyak mengalami perubahan menjadi bentukan asal proses denudasional yang diakibatkan oleh proses eksogen yang bekerja secara intensif. Proses eksogen yang intensif terjadi pada DAS Ngijo seperti pelapukan, erosi, longsoran serta sedimentasi sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim lokal yang ada di wilayah tersebut, selain itu pengaruh energi air dan gerak gravitasi juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya proses eksogen di kawasan tersebut. Dampak dari intensifnya proses eksogen seperti proses pelapukan dan proses erosi berpengaruh terhadap bentuklahan yang dominan yang menyusun dari DAS ini. Bukti bahwa proses eksogen bekerja secara intensif pada DAS Ngijo adalah sedikitnya jumlah perbukitan yang memiliki persentasi lereng yang besar (terjal) berubah menjadi bentukan yang relatif datar akibat proses pelapukan dan erosi yang bekerja secara intensif.
Hasil interpretasi menyebutkan bahwa terdapat dua bentuklahan yang dominan yang menyusun DAS Ngijo yaitu dataran aluvial yang terletak di sebelah barat,  dan perbukitan denudasional terkikis sedang yang terletak dibagian tengah dari batas das ngijo, sedangkan untuk bentuklahan yang lain hanya menyusun sebagian kecil dari keseluruhan luas DAS Ngijo. Oleh sebab tidaklah heran jika keberadaan bentuklahan gawir sesar, perbukitan denudasional terkikis kuat, dan perbukitan struktural dominasinya lebih kecil pada DAS Ngijo karena bentuklahan yang memiliki tingkat keterjalan/kemiringan lereng yang relatif besar maka potensi akan terjadinya proses erosi juga akan semakin besar.
Luasnya dataran aluvial pada DAS Ngijo merupakan gabuangan antara bentukan vulkanik dari gunung merapi yang berada di sebelah utara dan merupakan bentukan asal proses fluvial pada bagian barat, sehingga pada bagian ini bisa kita katakan sebagai bentukan fluviovulkan dimana tanahnya memiliki potensi kesuburan yang relatif tinggi. Potensi kesuburan tanah pada bentukan fluviovulkan di DAS Ngijo diakibatkan oleh dominasi formasi gunungapi Muda yang menyusun daerah itu. Formasi batuan yang didalamnya banyak mengandung tuff, abu, breksi, aglomerat, serta lelahan lava ini banyak mengandung bahan organik yang dapat menyuburkan tanah. Bagian barat dari DAS Ngijo merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan kali opak yang banyak membawa sedimen piroklastik yang berasal dari gunung merapi Didukung oleh kondisi gunungapi merapi yang masih aktif yang selalu mengeluarkan material piroklastik sehingga pada daerah ini selalu dalam kondisi subur.
Selain potensi tanahnya yang subur potensi air pada daerah ini juga berlimpah sehingga tidaklah heran jika pada daerah ini banyak dimanfaatkan untuk penggunan lahan sebagai sawah irigasi. Diperkirakan bahwa air yang berada pada pertemuan antara sungai ngijo dan kali opak ini memiliki potensi kualitas air yang sangat baik karena materialnya yang berupa pasir.
Pada bagian timur dan selatan yaitu pada bentuklahan denudasional sedikit sekali dijumpai adanya sungai, hal ini desebabkan oleh kondisi topografinya yang relatif terjal. Sehingga proses erosi yang terjadi pada bagian ini faktor utamanya proses eksogen di daerah ini. Pada bagian ini didominasi oleh formasi semilir yang material penyusunnya meliputi  perselingan antara breksi dan tuff,  batu apung, batu lempung tufan yang memiliki potensi sebagai akuifer sangatlah buruk. Tentunya tidak heran jika di bagian ini akan sulit sekali kita temukan adanya mataair kalaupun ada itu hanyalah runtuhan dari bagian atasnya saja.

TANAH

Berdasarkan peta tanah semi detil yang merupakan hasil survei LREM dengan menggunakan sistem panamaan berdasarkan USDA skala 1 : 50.000, pada DAS Ngijo terdapat 19 nama seri tanah, yaitu :

SERI BENDO

Seri Bendo terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dalam, drainase baik, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batuan breksi andesit pada fisiografi dataran angkatan bergelombang, perbukitan angkatan, perbukitan lipatan paralel, lereng berkisar dari 8 sampai > 45 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.100 mm.

SERI BENDOSAWIT

Seri Bendosawit terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dangkal,drainase baik, permeabilitas baik. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batulanau pada fisiografi lereng pegunungan angkatan, kompleks perbukitan lipatan, dan komplek pegunungan lipatan, lereng berkisar dari 15 sampai 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.

SERI GEBANG

Seri Gebang terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dangkal di atas tufa volkan, drainase baik, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk tufa volkan pada fisiografi perbukitan angkatan, lereng berkisar dari 15 sampai 25 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.

SERI GELARAN

Seri Gelaran terdiri dari tanah-tanah dalam, drainase baik, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk breksi andesit pada fisiografi dataran pelembahan dan perbukitan angkatan, lereng berkisar dari 0 sampai 25 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.000 mm.

SERI GLINGGANG

Seri Glinggang terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dangkal di atas batuan tufa volkan andesitik, drainase agak cepat, permeabilitas agak cepat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk tufa volkan andesitik pada fisiografi dataran koluvial, perbukitan angkatan, lereng berkisar dari 3 sampai > 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.

SERI KALIPAKEM

Seri Kalipakem terdiri dari tanah-tanah yang sangat dalam, drainase agak terhambat, permeabilitas agak lambat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk bahan koluvium pada fisiografi dataran koluvial, lereng berkisar dari 3 sampai 8 persen. Suhu rata-rata tahunan 27.2C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.300 mm.

 SERI KALIPUCANG

Seri Kalipucang terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dalam, drainase cepat, permeabilitas cepat. Tanah ini terbentuk dari endapan liat dan pasir pada fisiografi tanggul sungai, dataran alluvial, jalur aliran sungai, dan dataran volkan. Lereng berkisar dari 0 sampai 3 persen.  Suhu rata-rata tahunan 27.2C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.300 mm.

SERI MANDING

Seri Manding terdiri dari tanah-tanah yang sangat dalam, drainase sedang, permeabilitas agak lambat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan liat dan pasir pada fisiografi dataran volkan, kisaran lereng 0 – 3 persen. Suhu rata-rata tahunan 27.2C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.300 mm.

SERI MANGLI

Seri Mangli terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang sangat dangkal di atas batuan sedimen volkan, drainase sedang, permeabilitas sedang atau cepat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batuan sedimen volkan pada fisiografi perbukitan angkatan, lereng pegunungan angkatan, kompleks perbukitan angkatan/lipatan dan eskarpmen, lereng berkisar dari 15 sampai > 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.100 mm.

SERI NGAGLIK

Seri Ngaglik terdiri dari tanah-tanah sawah irigasi (lowland) yang agak dalam, drainase sedang, permeabilitas agak lambat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan pasir dan abu volkan pada fisiografi lereng bawah volkan, lereng berkisar dari 3 sampai 5 persen. Suhu rata-rata tahunan 20.9C dan curah hujan rata-rata tahunan 3.100 mm.

SERI NGOLOREJO

Seri Ngolorejo terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang sangat dalam, drainase sedang, permeabilitas agak lambat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan liat pada fisiografi dataran pelembahan, lereng berkisar dari 0 sampai 2 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.000 mm.

SERI PACAR

Seri Pacar terdiri dari tanah-tanah irigasi (lowland) yang sangat dalam, drainase agak terhambat, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan abu dan pasir pada fisiografi dataran volkan, lereng berkisar dari 0 sampai 3 persen. Suhu rata-rata tahunan 27.2C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.300 mm.

SERI PADANGAN
Seri Padangan terdiri dari tanah-tanah sawah tadah hujan yang sangat dalam, drainase agak terhambat, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahn induk endapan liat pada fisiografi pelembahan antar perbukitan, lereng berkisar dari 8 sampai 15 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.


SERI PAYUNG

Seri Payung terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang agak dalam di atas batu pasir, drainase sedang, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batupasir pada fisiografi perbukitan angkatan, lereng berkisar dari 25 sampai 45 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C.

SERI PERENG

Seri Pereng terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang sangat dalam, drainase baik, permeabilitas sedang. Tanah ini terbentuk dari bahan induk breksi pada fisiografi lereng pegunungan angkatan dan eskarpmen, lereng berkisar dari 45 sampai > 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 20.9C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.700 mm.

SERI SERUT

Seri Serut terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dalam, drainase agak terhambat, permeabilitas agak lambat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk endapan liat dan pasir pada fisiografi dataran alluvial, lereng berkisar dari 0 sampai 3 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.

SERI TERBAH

Seri Terbah terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang agak dalam, drainase baik, permeabilitas baik. Tanah ini terbentuk dari bahan induk batulanau berlapis pada fisiografi lereng pegunungan angkatan, kompleks perbukitan angkatan dan kompleks pegunungan angkatan, lereng berkisar dari 8 sampai 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 1.800 mm.

SERI TLOGO

Seri Tlogo terdiri dari tanah-tanah lahan kering (upland) yang dangkal di atas batulanau berlapis pada fisiografi perbukitan angkatan, lereng pegunungan angkatan, lereng sinklin, kompleks perbukitan angkatan dan eskarpmen, lereng berkisar dari 3 sampai 60 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.100 mm.

SERI WOTGALEH

Seri Wotgaleh terdiri dari tanah-tanah yang dangkal, drainase sedang, permeabilitas agak cepat. Tanah ini terbentuk dari bahan induk tufa dasit pada fisiografi dataran angkatan berombak dan bergelombang, bukit monoklinal, lereng berkisar dari 3 sampai 45 persen. Suhu rata-rata tahunan 22C dan curah hujan rata-rata tahunan 2.000 mm.


 HIDROLOGI

Analisis sumberdaya air yang dilakukan meliputi analisisi sumberdaya air permukaan dan analisisi sumberdaya air tanah. Analisis tersebut secara keseluruhan dilakukan pada wilayah- wilayah yang terdapat di dalam daerah aliran sungai (DAS) Ngijo. Pembatasan DAS sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan peta RBI dan peta kontur. Analisisi sumberdaya air permukaan meliputi analisisi kualitas air permukaan, analisis imbangan air, dan analisis hidrograf satuan. Sedangkan untuk analisis sumberdaya airtanah meliputi kualitas airtanah dan arah aliran airtanah

Sumber analisis sumberdaya air permukaan antara lain adalah pengambilan sampel air untuk uji kualitas air, pengukuran morfometri DAS, dan pengukuran data hujan. Pengambilan sampel air permukaan dibatasi pada titik pertemuan antara cabang- cabang sungai utama (dapat dilihat di peta lokasi pengambilan sampel air permukaan). Lokasi- lokasi pengambilan sampel tersebut terletak pada material andesit dan endapapan Gunungapi Merapi muda. Penggunaan lahan di sekitar lokasi pengambilan sampel berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi, kebun, permukiman, dan ading. Selanjutnya pengukuran morfometri DAS dilakukan pada area yang telah dibuat sebagai batasan DAS Ngijo. Dalam area tersebut dilakukan pengukuran, misal orde sungai, kerapatan pengaliran (drainage density), dan lain sebagainya (dapat dilihat pada lampiran pengukuran morfometri). Komponen pengukuran morfometri tersebut untuk selanjutnya digunakan dalam pembuatan hidrograf satuan sintetik (HSS) Gama I. Hidrograf tersebut digunakan untuk analisis banjir. Selanjutnya adalah pengukuran imbangan air. Pengukuran ini dilakukan dengan data hujan. Perolehan data hujan dibatasi untuk stasiun- stasiun yang terdapat di dalam DAS atau terdekat dari batasan DAS.

Analisis sumberdaya airtanah berupa analisis kualitas air dan arah aliran airtanah. Untuk analisis kualitas airtanah dilakukan pengambilan sampel pada sumur gali (unconfined aquifer) yang tersebar pada seluruh bentuk lahan dataran alluvial Sub DAS Ngijo yang berasosiasi dengan wilayah permukiman. Lokasi pengambilan sampel air tanah semuanya dilakukan pada wilayah bentuk lahan dataran alluvial denagn material endapan Gunungapi Merapi muda yang berasosiasi dengan permukiman, karena sumur sebagian besar terdapat pada daerah rendah dengan relief datar dan dekat dengan permukiman, hal ini di dasarkan pada asumsi bahwa sumur tersebut dibuat untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Pada wilayah cliff dan plato di bagian timur hampir tidak ditemukan sumur penduduk, karena daerahnya yang terlalu tinggi, sehingga letak base level terlalu jauh dari permukaan. Kemungkinan besar, sumur hanya akan ditemukan pada tekuk lereng dan zona patahan, sebagai sumber spring belt. Selain pengambilan sampel air tanah, juga dilakukan plotting lokasi secara geografis dan pengukuran tinggi muka air untuk penentuan arah aliran airtanah.  


Penggunaan lahan

Tipe penggunaan lahan pada DAS ngijo sangat bervariasi. Yaitu semak belukar, kebun, permukiman, rumput, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tanah ladang. Pada peta penggunaan lahan DAS ngijo, dapat dilihat bentuklahan dataran alluvial yang relief topografinya relative datar didominasi penggunaan lahan permukiman dan sawah irigasi. Banyaknya permukiman di daerah ini disebabkan karena aksesibilitasnya mudah dan pasokan airnya juga banyak. Pasokan air yang banyak bersumber pada mata air pada perbukitan yang ada. Tanah pada dataran alluvial ini cukup subur karena DAS Ngijo pada sebelah baratnya langsung berbatasan dengan Sungai Opak. Sungai Opak merupa sungai yang berhulu di Gunung merapi, jadi material yang terangkut pada sungai ini adalah material gunung api. Salah satu materialnya yaitu batuan piroklastik yang sangat menyuburkan tanah.

Secara umum bentuklahan denudasional yang reliefnya bergelombang didominasi penggunaan lahan lainnnya, yaitu sawah tadah hujan, tanah ladang, rumput, kebun dan belukar. Pada bentuklahan denudasional yang didominasi dengan penggunaan lahan tersebut dikarenakan solum tanah yang relative tipis. Solum tanah yang tipis mengakibatkan tanah dekat denagan batuan, sehingga tingkat perakarannya juga buruk sehingga tanahnya tidak subur. Tipe penggunaan lahan dikaitkan dengan formasi batuannya. Pada dataran alluvial formasi batuan gunung api muda. Jadi tanahanya merupakan tanh yang mulai berkembang, jadi banyak mengandung unsur hara, sehingga pola penggunaan lahan untuk hidup tanaman sangat baik. Pada bentuklahan denudasional daerah ini,  formasi batuan yang mendominasi adalah tuff, breaksi, batu apung dan batu lempung tufan. Batuan – batuan ini merupakan batuan yang keras sehingga sulit untuk tingkat pertumbuhan akar. Jadi pola penggunaan lahannya didominasi tumbuhan – tumbuhan yang memiliki perakaran yang pendek.

Pola penggunaan lahan pada DAS Ngijo mencerminkan keadaan lingkungan sosialnya. Pada lingkungan fisik yang memiliki sumberdaya alam yang banyak maka penggunaan lahan yang melibatkan social (manusia) sangat intensif. Tapi sebaliknya pada daerah yang lingkungan fisiknya tidak mendukung untuk dimanfaatkan, cenderung penggunaan lahannya sesuai kondisi lingkungan fisik aslinya. Pada lereng yang terjal, dengan penggunaan lahan sawah tadah hujan dikaitkan dengan tingkat bahaya erosinya, memiliki dampak erosi yang tinggi, karena merupakan lahan terbuka yang hanya didominasi tumbuhan.  Erosi yang ada pada bentuklahan denudasional lebih diakibatkan oleh tenaga endogen berupa iklim yang menyebabkan pelapukan batuan dan tenaga mekanik air hujan.

by: Tim KKL3 Jurusan Geografi Lingkungan Tahun 2008

No comments:

Post a Comment